MY NOTES
Tuesday, 7 January 2020
CCTV BALI TOWER JAKARTA
Thursday, 4 April 2019
CARA MEMBUAT BUMBU SATE
CARA MEMBUAT SOTO AYAM
BAHAN:
500GR AYAM (CUCI BERSIH)
250GR TELUR AYAM (REBUS DI TEMPAT TERPISAH)
150GR TOUGE ( CUCI DAN REBUS SEBENTAR DI AIR MENDIDIH DAN TEMPAT TERPISAH)
100GR SOUN (REBUS SEBENTAR DI AIR MENDIDIH HANYA DI CELUPKAN DAN LANGSUNG ANGKAT DI TEMPAT TERPISAH )
250GR KENTANG (IRIS TIPIS LALU GORENG SAMPAI KERING )
MINYAK GORENG SECUKUPNYA
AIR SECUKUPNYA
BUMBU
5 SIUNG BAWANG MERAH
3 SIUNG BAWANG PUTIH
5 BUAH KEMIRI
1/5SDT MERICA
1/5SDT PALA
2CM JAHE
3CM KUNYIT
1LEMBAR DAUN SELEDRI
3 LEMBAR DAUN JERUK
1 LEMBAR DAUN SALAM
3CM SERAI
1SDM GULA PASIR
1/4SDT GARAM
1/5SDM KALDU AYAM
TABURAN
DAUN BAWANG SECUKUPNYA
BAWANG GORENG
TOMAT
BUAH JERUK NIPIS
CARA BUAT:
HALUSKAN SEMUA BUMBU
PANASKAN MINYAK LALU TUMIS BUMBU SAMPAI HARUM SETELAH HARUM DAN BENAR BENAR TANAK
PANASKAN AIR DI PANCI UNTUK MEMBUAT KUAH
SETELAH AIR DI PANCI MENDIDIH MASUKAN BUMBU YG SUDAH MATANG TADI , LALU MASUKAN DAUN JERUK SALAM SERAI DAN SELEDRI ( DALAM KEADAAN UTUH )
TUNGGU SAMPAI AIR MENDIDIH LALU MASUKAN AYAM YG SUDAH DI CUCI BERSIH SETELAH MENDIDIH MASUKAN GULA GARAM DAN KALDU AYAM BUBUK, MASAK SAMPAI BENAR BENAR MATANG , SETELAH AYAM MATANG ANGKAT SISIH KAN KUAH YG DI PANCI, DAN GORENG AYAM SETELAH MATANG ANGKAT DAN SUIR SUIR
PENYAJIAN:
SIAPKAN MANGKOK TARUH TOUGE SOUN AYAM TELUR GORENG KENTANG DAUN BAWANG BAWANG GORENG TOMAT SAMA PERASAN JERUK NIPIS, TRUS SIRAM SAMA KUAH YG PANAS DAN HIDANGKAN
TIPS:
SEBELUM KENTANG DI GORENG BAIKNYA DI RENDAM MENGGUNAKAN AIR YG DI KASIH CUKA MAKAN AGAR LEBIH RENYAH DAN AWET KERINGNYA
NUMIS BUMBU SUSAH SUSAH GAMPANG TERKADANG ADA YG KUAH NYA BAU BUMBU MENTAH SEBAIKNYA BUMBU YG BELUM DI HALUSKAN DI GORENG ATAU DI SANGRAI TERLEBIH DAHULU
Sunday, 24 February 2019
DO'A KU UNTUK NEGRIKU
Dimanakah Allah? dihatimu? saat saudara-saudara seakidahmu engkau habisi sehabis-habisnya.
Dimanakah Rasul mulia yang kau cintai sepanjang hayat dihatimu? saat dengan mudahnya engkau menghabisi nyawa sesama muslim hanya karena alasan kekuasaan.
Dimanakah syahadatmu? dimanakah keimananmu?
Dunia menjadi gelap..
Waktu seakan pekat..
Penghambaan menjadi sia-sia, tak berbekas.
Allah.. Beginikah dunia.. Beginikah jalan menuju akhir zaman?
Aku hanya menangis. Menangisi agamaku sendiri. Menangisi ukhuwah yang rapuh, menangisi tak adanya keteladanan yang benar.
Allah.. Beginikah wajah kami yang mencintai-Mu? beginikah langkah kami yang mengaku berjuang dijalan-Mu?
Semua tercerabut, tercampur baur.
Andai mereka mendengar jeritan kesakitan para korban, mendengar teriakan azan yang terputus, andai mereka berbenah untuk menghentikan kekuasaan dan dunia.
Tapi beginilah adanya. Hanya do’a, langkah yang tertatih, dan iman yang mencoba menjadi pijakan.
Berharap, aku, anakku, generasi-generasi dariku bukanlah bagian dari mereka yang melupakan-Mu, yang melupakan syahadat mereka.
Thursday, 31 January 2019
Cerpen - SAKIT!!!! Namun Tetap Jadi Pemaaf
Terimakasih untuk yang telah sudi hadir menaruh rasa lalu meninggalkan rasa kecewa. Aku tidak pernah lupa untuk tersenyum saat melihat dan mengingat kamu. Meski hanya diberi durasi sesingkat mungkin untuk meilihatmu, tapi dapat menciptakan durasi panjang untuk mengenangnya. Bukan bermaksud untuk mengusik, hanya saja merindukan kekonyolan yang pernah singgah sekejap mata. Bukan bermaksud merindukan kekasih orang lain, hanya saja mengenang mahluk yang sudah berjasa dihidup ini. “Abai” yang pernah kau sodorkan untuk kedewasaanku, “pergi” yang kau bungkus untuk mematangkan sikap kanak-kanakku.
Aku tidak mendendam, dan tidak juga membenci, dan tidak juga menghakimi. Aku hanya rindu merangkai kata menjadi kalimat yang kemudian melahirkan paragraf yang berbau tentang seseorang yang ketika dekat hanya mampu kutatap dan ketika jauh hanya mampu kukagumi. Sesungguhnya masih belum mengerti dengan proses yang sedang Tuhan sajikan untuk hidupku, scenario ini merebah banyak pertanyaan, dan dihiasi oleh banyak ajaran.
Kini, di tengah-tengah proses yang sedang kunikmati. Melahirkan keyakinan baru, memilih untuk membiarkan rasa ini tersimpan rapi pada tempatnya hingga kelak Tuhan hadirkan sesorang yang memang pantas menerimanya. Melihatmu membuat aku mengerti, bahwa kita adalah sepasang doa yang belum Tuhan amini. Memutuskan untuk menikmati rasa sambil berbenah diri, membiarkan rasa ini untuk letih dengan sendirinya. Bukankah ada Tuhan yang lebih tahu sepanjang apa lelah yang bisa kupikul? Hanya perlu tetap tebarkan semangat baru, dan tetap memantaskan diri untuk yang lebih manis lagi. Selalu berserah, sebab suatu saat nanti ia pasti akan merangkul doaku.
Seperti pertemuan kita di hari itu. Entah kamu yang menemukanku atau aku yang menemukanmu. Atau takdir memang sengaja mempertemukan kita. Untuk saling membasuh luka, lalu menjadi alasan mengapa bahagia tercipta. Tidak ada yang kebetulan di bumi ini, tiap perkenalan, pertemuan pasti sudah diatur sedemikian rupa. Tuhan tidak pernah membuat takdir tanpa tujuan. Walaupun akhir kisah ini masih sangat rahasia, denganmu yang sampai saat ini masih dalam fase kekaguman. Yang kutahu hadirmu memperkencang degup jantungku, membuat punya seribu alasan untuk merindu. Di sini tugas ku sudah selesai, mendampingimu dengan kemaksimalanku telah kulakukan. Sekarang kutitipkan kau dengan dia yang menjadi alasanmu untuk mengusaikan kisah ini.
Mata manusia memang tidak diatur untuk bisa melihat bagaimana kehendak Tuhan bekerja, aku yang hanya bisa tahu apa yang memang bisa dipandang mata tanpa bisa mengetahui serta menebak hal apa yang Tuhan gambarkan dilangkah ku berikutnya. Aku yang dulunya membenci cerita ini, hingga sekarang bisa mensyukuri atas makna yang telah terasa dalam diri ini. Makna yang tak terlihat oleh siapa pun, namun boleh dirasakan olehku dengan sendirinya.
Walaupun pernah terluka tapi aku harus tetap mencoba. Walau aku merasa telah menghabiskan setengah waktuku untuk mewujudkan harapan tentang bahagia yang menurut pandangan orang sangat sederhana tapi bagiku sungguh merupakan ujian dari sang pencipta. Mungkin untuk saat ini, hidup sendiri lebih baik dari pada berjalan pada hubungan yang salah. Aku yang kini memilih diam, mengubur rasa ini dalam-dalam, bukan karena takut untuk bertindak dan berjuang. Tetapi menyadari pengabaianmu ini adalah cara Tuhan menegurku untuk menutup dan menyudahi cerita denganmu.
Meski dengan berat hati mengikhlaskan kisah ini hilang termakan luka, namun menguatkan komitmen 'yang menabur dengan air mata pasti pulang dalam bersuka'. Baru memahami, kepergianmu ini menyimpulkan bahwa akan ada dunia baru yang harus aku isi, yang tentunya itu bukan kamu. Selalu ada alasan di balik perpisahan. Selalu ada cerita suka di balik kata duka.
Sekelam dan sepahit apa pun kisah yang kulalui, selalu punya pilihan untuk bisa bangkit kembali, meski belum hari ini. Bersabar menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan yang merasa lebih baik dari semuanya. Aku yang kini menyediakan hati untuk selalu berbenah diri. Meski telah merasakan kepedihan, namun aku telah memaafkan dan mengiklaskan. Bukan karena tak menyakitkan, namun karena menyadari aku ini butuh ketenangan. Karena menyimpan dendam dihati sama saja halnya aku mengasah belati untuk di tusuk kejantung sendiri.
Aku tidak bisa memesan takdir seperti yang kumau. Dengan siapa kelak aku menghabiskan sisa usiaku, atau bagaimana kelak cara malaikat mencabut nyawaku. Entah di jalan yang sedang berlumpurkan dosa atau di tempat ibadah yang sedang meraih cintanya. Tidak ada yang tau takdir itu bagaimana, tapi aku tahu bagian akhir seperti apa yang aku ciptakan. Tetap menjadi actor yang sebaik-baiknya agar naskahku salah satu bagian dari yang indah.
Terimakasih untuk yang sudah hadir menaruh rasa lalu meninggalkan rasa kecewa. Semoga aku adalah sekuat-kuatnya jiwa. Aku percaya, Tuhan tak akan biarkan aku bersama orang yang salah. Yakinlah! Bahwa setiap jiwa yang hilang adalah cara membuka ruang untuk yang lebih baik lagi.
Monday, 21 January 2019
Cerpen: aku pernah begitu dalam mencintaimu aku tidak lelah sama sekali mencintaimu
saat semua yang biasanya kamu dapatkan dengan mudah, tak lagi bisa kau raih semudah itu
kamu akan terdiam, lalu bertanya dalam dirimu
siapa saja yang pernah mencintaimu?
dan.. kamu akan mengingat satu orang yang pernah memohon hatimu
orang yang ingin kamu beri kesempatan
orang yang dengan sangat pernah begitu lama memperjuangkan hatimu
dan kamu akan membisikkan satu nama
orang yang kamu sebut namanya adalah aku.
saat kamu dipatah hatikan oleh sesorang yang sama sekali tidak menginginkanmu
sementara kamu begitu menginginkannya
kamu luka dan merasa kecewa
seolah dunia ini tidak adil untukmu
katamu, kamu begitu tulus mencintainya
kamu berharap dia membalas perasaanmu
sebab, lama sudah waktu kamu jalani untuk membuatnya jatuh hati kepadamu
namun nyatanya, dia tidak ingin membalas apa yang kamu rasakan
dia memilih pergi dan membuat luka berkali-kali
lalu, kamu akan mengingat aku
kamu merasa akulah obat, atau mungkin sekedar pelarian gundahmu
hal yang kamu lupa dari dirimu
dengan perasaan akan memberi kesempatan untuk mencintaimu
kamu akan menghubungiku, bertanya hal-hal sepele yang tentu saja hanya basa-basi
aku pun akan meladenimu dengan sebaik mungkin, sebaik yang aku bisa
sebab, aku sama sekali tidak dendam padamu
kamu tetap orang yang kuhormati sebagai seseorang yang pernah begitu dalam kucintai
hingga kamu mulai bertingkah diluar yang pernah kamu lakukan dulu
kamu akan membahas lagi perasaanku padamu
sebelum semuanya semakin mengada-ada, kamu harus pahami
aku sudah sejauh itu melarikan diri, menenangkan hatiku
belajar berdamai dengan kenyataan
bahwa aku bukan orang yang kamu cintai
aku bukan orang yang bisa kamu terima saat kamu puja-puja setinggi-tingginya
lalu, kini saat kamu jatuh, tidak seharusnya kamu mencari aku untuk kembali membuatmu utuh bukan maksudku ingin membalas
dahulu, aku pernah begitu dalam mencintaimu
aku tidak lelah sama sekali mencintaimu dan memilih berhenti
aku hanya lelah berjuang sendiri untuk mendapatkanmu
jika kini kamu datang lagi dan menawarkan hati, aku takut
aku tidak bisa lagi mencintaimu seperti dulu
aku takut hanya mampu mencintaimu dengan sisa-sisa kelelahanku.
Wednesday, 16 January 2019
Cerpen: Perjalanan Hati yang dipertaruhkan
Suatu hari saat kamu sendiri, saat kamu tak sehebat hari ini
saat semua yang biasanya kamu dapatkan dengan mudah, tak lagi bisa kau raih semudah itu
kamu akan terdiam, lalu bertanya dalam dirimu
siapa saja yang pernah mencintaimu?
dan.. kamu akan mengingat satu orang yang pernah memohon hatimu
orang yang ingin kamu beri kesempatan
orang yang dengan sangat pernah begitu lama memperjuangkan hatimu
dan kamu akan membisikkan satu nama
orang yang kamu sebut namanya adalah aku.
saat kamu dipatah hatikan oleh sesorang yang sama sekali tidak menginginkanmu
sementara kamu begitu menginginkannya
kamu luka dan merasa kecewa
seolah dunia ini tidak adil untukmu
katamu, kamu begitu tulus mencintainya
kamu berharap dia membalas perasaanmu
sebab, lama sudah waktu kamu jalani untuk membuatnya jatuh hati kepadamu
namun nyatanya, dia tidak ingin membalas apa yang kamu rasakan
dia memilih pergi dan membuat luka berkali-kali
lalu, kamu akan mengingat aku
kamu merasa akulah obat, atau mungkin sekedar pelarian gundahmu
hal yang kamu lupa dari dirimu
dengan perasaan akan memberi kesempatan untuk mencintaimu
kamu akan menghubungiku, bertanya hal-hal sepele yang tentu saja hanya basa-basi
aku pun akan meladenimu dengan sebaik mungkin, sebaik yang aku bisa
sebab, aku sama sekali tidak dendam padamu
kamu tetap orang yang kuhormati sebagai seseorang yang pernah begitu dalam kucintai
hingga kamu mulai bertingkah diluar yang pernah kamu lakukan dulu
kamu akan membahas lagi perasaanku padamu
sebelum semuanya semakin mengada-ada, kamu harus pahami
aku sudah sejauh itu melarikan diri, menenangkan hatiku
belajar berdamai dengan kenyataan
bahwa aku bukan orang yang kamu cintai
aku bukan orang yang bisa kamu terima saat kamu puja-puja setinggi-tingginya
lalu, kini saat kamu jatuh, tidak seharusnya kamu mencari aku untuk kembali membuatmu utuh
bukan maksudku ingin membalas
dahulu, aku pernah begitu dalam mencintaimu
aku tidak lelah sama sekali mencintaimu dan memilih berhenti
aku hanya lelah berjuang sendiri untuk mendapatkanmu
jika kini kamu datang lagi dan menawarkan hati, aku takut
aku tidak bisa lagi mencintaimu seperti dulu
aku takut hanya mampu mencintaimu dengan sisa-sisa kelelahanku.
Thursday, 27 December 2018
Puisi Cinta
Setiap hari hanya bisa kuhabiskan dengan sesal
Akan dosa yang menggunung biru
Akan dosa yang tiada ampun untukku
Aku hanya kain yang bernoda hitam.
Tiap mata memandang pagi
Hanya hitam yang bisa kutatap
Hati di dada mati menghitam angus
Tiada cahaya yang bisa kurasa.
Sesak rasanya berkubang hina yang enggan raib
Hanya menjadi putih tempat noda berpijak
Aku muak dengan semua kenyataan yang mengikat
Tuhan aku ingin bebas dari dosa yang melilit hati.
Tuhan izinkan aku berubah
Berilah aku setitik harapan untuk menatap cahaya
Sungguh aku ingin menjadi merpati putih yang terbang
Terbebas beban dan ujiaan yang membenam.
Setiap detik waktu hanya dosa tempatku bernaung
Rasa bersalah tumbuh menyayat hati yang kian beku
Kebaikan dan keburukan bertarung di daging hati
Bergulat hingga akal di cumbu nafsu.
Aku ingin mencampakkan hitam
Berlari sejauh kaki membawa tubuh
Kutinggalkan dosa yang kian melangit
Aku ingin bersih kembali meski tak suci.
Ku bertaruh pada daun yang jatuh di tiup melati
Hanya itu yang kuinginkan hingga kuku menajam
Sungguh aku ingin melupakan saat kelamku
Keinginan tetaplah keinginan meski langit hujan terlukis pelangi.
Hanya satu kuharap di hati
Semoga matahari kan kembali menyinar
Menepati janji pada embun di sudut hijau
Semoga cahaya kan selalu bersama hati.
Saturday, 22 December 2018
CERPEN - JAWABAN DARI SEBUAH TANDA TANYA DALAM HATI
Prena aku sudah lama menjomblo dan realita bahwa dia tidak akan memulai percakapan karena dia berfikir kalau aku copet karna melihat rambutku yang gondrong. Aku hanya terdiam, membiarkan semua berlalu.
Tapi entah keberuntungan atau apa, tapi waktu itu adalah pertama kalinya aku bersyukur karna kereta yang aku tumpangi sedang memiliki kerusakan pada bagian rem nya. Kereta kami bergoyang seperti biduan dangdut yang membuat semua orang di dalam kereta mengingat Tuhan. Semua orang panik karena takut kereta itu akan terbalik dan menabrak. Tidak terkecuali wanita cantik di sebelahku. Saat itu aku tidak khawatir sama sekali karena aku biasa bertarung dalam maut dan aku berfikir kalau kereta ini terbalik aku masih bisa selamat. Tapi dia takut setengah mati dan akhirnya menyapaku dengan suara lirih dan agak gemetaran.
“Mas. Aku boleh pinjam tangan nya untuk pegangan. Aku takut.”
Fix. Waktu itu dunia berhenti berputar. Aku hanya bisa menjawab dengan mengangguk dan tersenyum. Tidak bisa. Tidak bisa aku berkata “ya” sekalipun karena aku terlalu bahagia. Hatiku meronta dan memaksaku untuk melakukan selebrasi tapi aku masih bisa menahan dan memang harus kutahan. Sulit dijelaskan namun waktu itu kondisi yang paling memahami situasi.
Di sana.di Saat tangan nya menggenggam Tangan ku kami mulai cair. Berkenalan dan bercerita banyak hal sampai kami tidak meraskan kalau beberapa menit lagi kereta kami berhenti di setasiun mangga dua jakarta timur. Saat itu juga aku percaya cinta bisa mengalahkan maut sekalipun. Kereta mulai bisa di kondisikan, semua orang bersiap untuk turun dari kereta dan dia pun melepaskan tangan nya dari tangan ku. Ah. Sial.
Kami berpisah di setasiun karena aku menaiki angkot lagi untuk ke kota tua dan dia menggunakan motor. Kami berpisah dengan sebuah kenang-kenangan seperti nomer handphone dan sedikit foto selfie. Di saat itulah kami mulai dekat sampai saat ini.
Dan sekarang. Pagi yang malang. Aku harus menerima kenyataan bahwa aku hanyalah manusia lemah yang tidak berani menyatakan cinta hanya karena aku takut kalau dia tidak merasakan hal yang sama. Padahal mengingat awal pertemuan kami, bisa dibilang menarik dan penuh keromantisan.
“Bagaimana dia tidak merasakan hal yang sama kalau maut saja sudah kalian lewati berdua?” Kata sosok pemberani dalam hatiku.
“Tapi bagaimana kalau dia sudah punya pacar?” Kata sosok pesimis dalam hatiku.
“Ayolah, coba aja dulu. Kita tidak akan tahu sebelum coba.” Kata si pemberani lagi.
Fix. Aku gila karena cinta dan sisi pemberaniku menang.
Aku masih bingung. Sering aku meminta pendapat ke teman-temanku tentang hal ini dan semuanya pasti menjawab “udah, tembak aja” seolah-olah menembak hanya butuh persiapan kata-kata saja. Karena menurutku menyatakan cinta kepada seseorang adalah hal yang membutuhkan persiapan yang harus sangat matang. Tidak bisa semudah membalik telapak tangan. Cinta adalah sesuatu yang sakral menurutku. Sulitnya cinta akan berbanding lurus dengan lamanya kalian tidak mengenalnya. Semakin lama kalian tidak mengenal cinta, semakin lama juga cinta akan mengenal kalian ketika merasakannya. Itu sebabnya aku takut, ragu, dan bimbang.
Namun. Kali ini aku harus mencoba untuk menyatakan. Apapun hasilnya adalah kehendak Tuhan dan cinta itu sendiri. Aku tidak boleh mengecewakan sisi pemberaniku yang sudah menang. Aku harus menyatakannya. Tekadku sudah bulat dan matang sematang telur dadar. Aku memberi semangat kepada diriku kemudian menelponnya.
“Halo. Yul.” Aku takut.
“Iya, fan Ada apa?”
“Aku mau ngomong kalau aku suka kamu, kamu mau gak jadi pacarku?” Aku tidak mau berbasa-basi, karena basa-basi akan memperburuk keadaan.
“Mmm, irfan. Aku minta maaf sebelumnya. Jujur aku juga suka sama kamu, tapi… Aku sudah punya pacar dan aku ga mungkin ninggalin dia. Kita…”
Belum sempat dia menyelesaikan pembicaraannya aku langsung mematikan telepon itu. Ya. Benar sekali. Selamat. Aku ditolak.
Pagi yang benar-benar malang. Menolak dengan alasan sudah punya pacar menurutku adalah tindakan tidak terpuji. Aku merasa sedikit sakit hati dengan hal itu. Tapi setidaknya aku sudah berani mengatakan dan aku sudah berani mengambil keputusan yang optimis untuk melangkah maju. Intinya adalah seperti itu. Walaupun tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan, setidaknya aku sudah berhasil menaklukan diriku dan mengenal cinta. Setidaknya sekarang aku sudah bebas dari belenggu keraguan. Setidaknya sekarang aku bisa meminum kopi pahitku dengan tenang. Setidaknya aku tidak lagi takut melangkah.
Monday, 10 December 2018
CERPEN - ANDAI WAKTU BISA KU ULANG KEMBALI
Terpaku dalam kegundahan hati
Terasa tak dapat ku lawan dengan jari-jari
Tiada lagi tempat hari yang terasa ada
Hanya lelah
Lelah yang ku rasa……………
Andaikan waktu itu tak terjadi
Mungkin hatiku takan remuk seperti ini
Langkahku terhenti dalam kelamnya malam
Mataku terhalang jurang yang dalam
Pendengaranku sayup-sayup tak menentu
Hatiku terombang ambing dalam ombak kemarahan
Ragaku tak berkuasa untuk berfungsi
Mungkin tiada lagi yang dapat terjadi saat ini
Semangatku lemah hatiku susah
Teringat malam itu yang menyakitkan
Inikah kehidupan?
Kurasa semua bukan seperti ini
Mungkin masih ada titik terang
Yang akan menyinari kegelapan hati
Memberi pujian untuk diri sendiri
Meredamkan semua yang ada saat ini
Hingga aku dapat kembali ke kehidupan yang indah ini